Ia terlahir dikeluarga terhormat, Sehat jasmani rohani, tidak terlahir dalam keadaan cacat, ia memiliki paras yang elok, ia memiliki materi berlimpah, ia merasakan ketenangan dan kebahagiaan. SemuaNya didapatkan melalui kemurahan hati dalam memberi (Catukka Nipata - Anguttara Nikaya)

Pages

DANA KEBAJIKAN DAPAT DISALURKAN MELALUI :

BCA CEMARA ASRI Rek. 8645011119 An. NGADI MULYO or DEWI CHRISTINE....[MEMBUTUHKAN BARANG MATRIAL:: BAJA WF, BESI COR, SEMEN, PASIR, BATU BATA, BATU KALI, KERAMIK, GENTING, BAJA RINGAN ATAP, CAT TEMBOK, PLAFON KUSEN, Dll]... INFORMASI:: Upa. Rudy Rachman (0819888683) Upi. Jenny Salim (061-77747288) Upi. Karista (085261013854) Upa. Edy Susanto (08126543129) atau Y.M Bhante Aggacitto (081269477978) di ITBC Cemara Asri

VIDEO

Pubharama Buddhist Centre. Diberdayakan oleh Blogger.

DOKUMENTASI PBC

Social Icons

Social Icons

Koleksi Video PBC

Koleksi Video PBC

Featured Posts

BUKU TAMU

Kamis, 22 Mei 2014



"Bhikkhu Aggacitto"
Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammāsambuddhassa
“Utthanenappamadena sannamena damena ca dipam kayiratha medhavi yam ogho nabhikarati”
“Dengan usaha yang tekun, semangat, disiplin dan penuh pengendalian diri, hendaklah orang bijaksana membuat pulau bagi dirinya sendiri yang tak dapat ditenggelamkan oleh banjir”.
(Appamada Vagga II-25)

Memahami makna ajaran Buddha berarti juga memahami tentang adanya hukum sebab dan akibat, sehingga dengan demikian ini dapat menjadi kajian bahwa setiap orang pada akhirnya akan mengalami suatu kondisi perubahan hidup. Dalam Atthaloka Dhamma; A.N VIII-2 Buddha mengajarkan bahwa untung dan rugi, dihormati dan dihina, dipuji dan dicela, kebahagiaan dan penderitaan, adalah bagian dari kondisi yang nyata dari sisi dunia ini. Sebagian besar manusia hanya berusaha mengejar pengalaman yang positif dan berjuang sekuat tenaga untuk menghindari pengalaman yang tidak menyenangkan, tetapi bagi seseorang yang telah melatih ajaran Buddha maka ia akan berupaya untuk menerima keduanya, baik yang positif  maupun yang negatif. Disaat kondisi menyenangkan datang ia menerimanya dengan senyuman dan keiklasan tanpa rasa kekesalan dan kekecewaan, demikian juga sebaliknya ketika kondisi menyenangkan datang ia menerimanya dengan senyuman tanpa rasa kesombongan. Kita berusaha untuk tidak terikat dengan salah satu dari kondisi tersebut, dengan cara terus menerus menguji kekuatan dan ketahanan spiritual di tengah-tengah gemerlapnya dunia ini.
Langkah pertama yang dianjurkan oleh Buddha adalah bagaimana memunculkan kesadaran didalam diri. Menyadari apa yang sedang terjadi dan yang sudah terjadi berarti sebuah kebijaksanaan. Menyadari setiap fakta dan realita penderitaan adalah langkah untuk menemukan kedamaian. Buddha menekankan bahwa ketika menyadari penderitaan sebagai suatu hal yang alami dan universal, artinya kita sudah berupaya melepaskan sejumlah beban yang menyelimuti diri. Penderitaan terjadi bukan disebabkan oleh siapapun, melainkan penderitaan terjadi dikarenakan adanya kebodohan batin, dan dengan mengatasi kebodohan batin ini, maka penderitaan pun dapat diatasi. Kuncinya adalah kemauan dan sejauh mana kita mau mengenali bagaimana sesungguhnya batin kita masing-masing. Ketika hendak melakukan sesuatu seyogiyanya selalu didasari oleh kesadaran, bukan semata-mata hanya untuk pemuasan indria maupun keserakakahan. Mendasari segala tindakan yang dipenuhi oleh cinta kasih dan kebijaksanaan.
Memperhatikan segala bentuk pikiran yang muncul, yang diimbangi dengan moralitas akan sangat berpotensi dalam mempengaruhi proses terhadap tindakan semakin lebih terkendali.  Sehingga dengan demikian, akan membantu meminimalisir kekotoran batin semakin lebih meningkat.  Perbuatan yang dilandasi dengan kesadaran akan memungkinkan nilai-nilai spiritual semakin kokoh. Harapan dan keinginan untuk hidup penuh cinta kasih, bukan kekerasan atau kekejaman dan iri hati akan dapat terwujud. Tetap tenang dan teguh dalam menghadapi segala bentuk macam godaan, tidak akan mudah diombang-ambingkan oleh emosi yang membabibuta yang dapat memunculkan perasaan benci, dendam dan permusuhan.
Integritas hidup semuanya akan dapat dicapai  apabila segala sesuatunya dimulai dari diri sendiri, untuk mencapai semua itu tentu diperlukan sebuah tatanan aturan yang konsisten, kemauan untuk mencoba, kedisiplinan dan kebiasaan. “Kesempurnaan itu adalah sebuah seni yang terbentuk melalui pelatihan dan kebijaksanaan, Kita adalah rangkaian dari apa yang kita lakukan berulang-ulang. Oleh karena itu, kesempurnaan bukanlah sebuah tindakan tetapi sebuah kebiasaan (Aristoteles).
Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta,
Sadhu…Sadhu…Sadhu…

http://analisadaily.com/news/read/buddha-memimpin/31713/2014/05/22
Narasumber ; Bhikkhu Aggacitto

0 komentar:

Posting Komentar