Ia terlahir dikeluarga terhormat, Sehat jasmani rohani, tidak terlahir dalam keadaan cacat, ia memiliki paras yang elok, ia memiliki materi berlimpah, ia merasakan ketenangan dan kebahagiaan. SemuaNya didapatkan melalui kemurahan hati dalam memberi (Catukka Nipata - Anguttara Nikaya)

Pages

DANA KEBAJIKAN DAPAT DISALURKAN MELALUI :

BCA CEMARA ASRI Rek. 8645011119 An. NGADI MULYO or DEWI CHRISTINE....[MEMBUTUHKAN BARANG MATRIAL:: BAJA WF, BESI COR, SEMEN, PASIR, BATU BATA, BATU KALI, KERAMIK, GENTING, BAJA RINGAN ATAP, CAT TEMBOK, PLAFON KUSEN, Dll]... INFORMASI:: Upa. Rudy Rachman (0819888683) Upi. Jenny Salim (061-77747288) Upi. Karista (085261013854) Upa. Edy Susanto (08126543129) atau Y.M Bhante Aggacitto (081269477978) di ITBC Cemara Asri

VIDEO

Pubharama Buddhist Centre. Diberdayakan oleh Blogger.

DOKUMENTASI PBC

Social Icons

Social Icons

Koleksi Video PBC

Koleksi Video PBC

Featured Posts

BUKU TAMU

Rabu, 02 April 2014


Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammāsambuddhassa
Adāsime akāsi me, ñātimitta sakhā ca me
Petānaṁ dakkhiṇaṁ dajjā, pubbe katamanussaran’ti
Orang yang mengenang budi yang mereka lakukan di waktu lampau bahwa,
“Ia memberi ini kepadaku. Ia melakukan hal ini untukku. Ia adalah kerabatku, sahabatku, dan temanku; patut memberikan persembahan dāna kepada mereka yang telah meninggal”.
(Tirokuḍḍa Sutta, Khuddakapāṭha, Khuddakanikāya, Sutta Piṭaka)

Dikalangan masyarakan kita berada mungkin sering muncul berbagai pertanyaan, Bagaimana cara memberikan penghormatan yang sesuai, yang pantas, dan yang terbaik untuk para mendiang, para leluhur atau sanak family yang telah meninggal. Sejarah peradaban manusia telah menuangkan berbagai macam ragam melalui adat istiadat, tradisi, kebudayaan, dan tingkat pengetahuan serta pengalaman yang terus berkembang. Tetapi menurut kacamata Dhamma, yang di sabdakan oleh Buddha, bahwa; Pemberian terbesar yang dapat dipersembahkan seseorang kepada para leluhurnya yang telah meninggal adalah dengan melakukan suatu perbuatan kebajikan dan kemudian melimpahkan perbuatan tersebut kepada mereka. Dalam bahasa Pali pelimpahan Jasa ini disebut Pattidana atau istilah lainnya biasa dikenal sebagai Ulambana atau Cautu, yang merupakan suatu tradisi masyarakat Buddhis, yang tidak asing lagi dikalangan umat Buddha. Tindakan ini sangatlah bermanfaat bagi mereka yang terlahir dialam Peta (Paradattupajivika Peta), yang memang sangat membutuhkan dukungan dan dorongan jasa kebajikan dari sanak keluarganya. “Seperti air mengalir dari dataran tinggi kedataran yang rendah, demikian pula hendaknya jasa yang dipersembahkan (Oleh Kerabat atau keluarga) dialam manusia ini dapat ikut dinikmati oleh para makluk (Peta). Seperti air dari sungai mengalir mengisi lautan luas, demikian pula dengan jasa-jasa ini dapat ikut dinikmati oleh para Peta” (Tirokudda Sutta, Khuddaka Patha, Khuddaka Nikaya, Sutta Pitaka, Tipitaka).  Pattidana adalah ungkapan rasa bhakti atau bentuk dari kattannukatavedi (tahu berterima kasih) kepada para leluhur yang telah meninggal, karena seseorang hendaknya harus menyadari dengan adanya mereka maka ada kita, karena ada hubungan kamma bandu (iktan karma) maka mereka menjadi bagian dari kehidupan kita, Pelimpahan jasa dilakukan dengan tujuan dan harapan semoga mereka bisa turut ikut menikmati (ber-muditacitta) atas kebahagiaan tersebut, sehingga dengan demikian kita dapat membantunya dalam mengkondisikan kebahagiaan yang dapat mendorong kebajikan-kebajikan yang telah diperbuat semasa hidupnya dapat berbuah, untuk membantu mereka terlahir dialam yang bahagia. Orang yang telah melakukan pelimpahan jasa tentunya akan semakin banyak mendapatkan manfaat karena mereka juga telah mengisi dirinya sendiri dengan perbuatan-perbuatan yang baik, jika diperumpamakan ibarat “Nyala api sebuah lilin, apabila disulutkan ke lilin yang lainnya tentu lilin tersebut tidak akan berkurang nyalanya, tetapi justru akan menambah kehidupan dan penerangan bagi lilin-lin lainnya, demikian juga dengan kebajikan yang dilimpahkan”.
Bila kita memiliki tradisi yang telah diajarkan turun-temurun oleh leluhur kita dan masih dijalankan, itu tentu tidak menjadi suatu masalah untuk dilakukan. Bahkan sesungguhnya persembahan yang diadakan dalam upacara peringatan kepada mendiang, leluhur dan kerabat yang telah meninggal justru memiliki makna dan ajaran yang mendalam khususnya bagi sanak keluarga yang ditinggalkan. Jangan merasa ragu atau kuwatir untuk melakukannya, meskipun itu dianggap kuno, kolot, kaku tidak mengikuti perkembangan zaman. Yang terpenting adalah ketika menyelenggarakan upacara tersebut tidak menjadi beban bagi kita, yang terpenting semuanya dilakukan tidak menimbulkan masalah terhadap anggota keluarga yang lain, dan tidak mengorbankan makhluk lain secara langsung dengan cara membunuh sendiri atau memerintahkan orang lain untuk membunuh binatang yang digunakan untuk persembahan. Kalau tidak mampu menyediakan semua perlengkapan, tidak perlu menyulitkan diri sendiri dan keluarga, lakukan saja dengan sederhana. Apalah artinya bila dilakukan dengan meriah tetapi dengan terpaksa dan tidak terdapat pengertian yang benar, dibandingkan dengan cara sederhana tetapi dilakukan dengan kesungguhan, kerelaan, dan ketulusan hati.
Pernghormatan yang baik terhadap mendiang, leluhur dan sanak family yang telah meninggal adalah dengan cara dari perbuatan-perbuatan yang berjasa yang memiliki keluhuran, sehingga perbuatan baik itu dapat bermanfaat bagi leluhur, diri sendiri, maupun pihak lain. Paling mudah kita dapat berdoa (membaca paritta), meningkatkan praktik berdāna, menjaga sila (moralitas), mengembangkan konsentrasi, atau kebajikan-kebajikan lain yang sesuai  dengan Dhamma yang kemudian kita atas namakan kepada mendiang dan para leluhur. Perbuatan tersebut tidak akan membuat jasa kebajikan kita hilang, bahkan kita dapat melatih dan mengembangkan cinta kasih dan kasih sayang kepada semua makhluk. Itulah pemahaman dan cara penghormatan kepada mendiang dan para leluhur yang yang terbaik sesuai dengan ajaran Buddha.
Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta,
Sadhu…Sadhu…Sadhu…

Di kutip dari : Y.M Bhikkhu Aggacitto

0 komentar:

Posting Komentar