Oleh : Bhikkhu Aggacitto
Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhassa
Manusia terlahir ke dunia ini (Lokiya), bukan berarti ia tidak
memiliki suatu misi. Semua kehidupan yang telah dilalui, terlahir dialam
yang bahagia maupun tidak dialam bahagia semuanya membawa misi. Misi
tersebut bukan semata bertujuan untuk mencapai sesuatu yang bersifat
lahiriah (kesenangan duniawi), melainkan misi yang sangat terpenting
adalah tercapainya keseimbangan hidup yang kemudian dapat menembus
batiniah untuk mengikis keburukan-keburukan yang ada didalam diri, yaitu
Loba; Keserakahan, Dosa; Kebencian, Moha; kebodohan, yaitu dengan
menerapkan system sikap “Padhana (usaha): Samvarappadhana; berusaha
tidak memunculkan keadaan yang buruk didalam diri, Pahanappadhana;
berusaha untuk menghilangkan keadaan yang buruk yang sudah muncul dan
ada didalam diri, Bhavanappadhana; berusaha untuk memunculkan keadaan
yang baik/ luhur didalam diri, Anurakkhappadhana; berusaha menjaga dan
meningkatkan keadaan yang baik didalam diri (Vbh. I, A.II.16), itulah
sesungguhnya Misi terbesar semua makhluk didunia ini.
Bagi mereka yang telah mengenal dan menyelami ajaran Buddha maka
sudah pasti mereka akan mengerti hakekat sesungguhnya yang harus
dijalankan, untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas batin yang
kokoh; karena kekokohan batin seseorang mempengaruhi kehidupannya.
Meskipun seseorang mampu mencapai keberhasilan dalam berkarir dan sukses
dalam usaha, tetapi jika tidak dilandasi dengan batin yang seimbang,
batin yang kokoh maka semua itu tidak menjamin kedamaian dan kebagian
dapat ia rasakan; Artinya, keberhasilan dan kesuksesan hidup yang
sesungguhnya adalah “kemampuan seseorang untuk mengoptimalkan
batiniahnya dalam menyeimbangkan segala bentuk tindakan yang akan maupun
yang dilakukannya”. Mung kin sebagian orang menganggap, keberhasilan
dan kesuksesan adalah penentu kebahagiaan, sedangkan kegagalan dan
kehancuran adalah faktor penderitaan. Tetapi, menurut kacamata Dhamma;
“kebahagiaan yang ada didalam diri seseorang adalah sumber dari
keberhasilan dan kesuksesan,” Empat Idipada yang Buddha babarkan, yaitu:
Chanda; rasa sukacitta/ kebahagian akan senantiasa mempengaruhi
terhadap rasa Viriya; semangat seseorang dalam bertindak dan
berperilaku, sehingga dengan demikian akan memberikan kewaspadaan,
perhatian terhadap semua yang telah dilakukan tanpa membiarkannya
menjadi sia-sia, karena dengan adanya kondisi-kondisi tersebut secara
otomatis akan mempengaruhi terhadapa Vivamsa; evaluasi dan perenungan
atas semua yang telah dilakukan (Vbh.I; 216 & 413).
Meskipun kegagalan masih sering terjadi, mereka pasti akan tetap
tegar dan kuat karena Yonisomanasikara; ia telah mengetahui akan hal-hal
baik dan buruknya, ia menyadari kekurangan dan kelemahan yang
dimilikinya. Orang-orang yang memiliki sikap demikian akan jauh lebih
menemukan makna hidup lebih baik, karena sejak awal kesadaran dalam
penyadaran telah terbentuk didalam dirinya, “Bagaikan batu karang yang
tak tergoyahkan oleh hantaman badai yang bertubi-tubi, (Pandita Vagga;
VI-81)”. Sehingga dengan demikian mereka akan jauh lebih mudah untuk
bangkit. “Succses is the ability, to go from one failure, to another,
with no loss of enthusiasm; kesuksesan adalah kemampuan untuk berpindah
dari suatu kegagalan ke kegagalan lain tanpa kehilangan antusiasmu"
(Winston Churchill).
Untuk itu janganlah pernah takut dan kuwatir, cobalah untuk
mentrasformasikan diri secara optimal. Buatlah hidup ini menjadi semakin
lebih menarik dengan melakukan sesuatu yang sederhana tetapi itu sangat
memiliki arti bagi kehidupan, yang dapat meningkatkan kualitas batin.
Segala sesuatunya perlu ada proses yang harus dilalui, karena segala
proses tersebut akan mematangkan dan menguatkan, seperti halnya “sebuah
besi akan semakin kuat hasilnya jika besi tersebut dibakar dan ditempa
dengan baik”, bersabarlah dalam melewati proses tersebut. Yang
terpenting adalah keyakinan/ komitmen hidup yang baik dengan berpikir,
berucap dan bertindak baik maka niscaya semua misi baik secara lahiriyah
dan batiniah akan diperoleh. Buddha senantiasa selalu mengajarkan
lihatlah segala sesuatu sebagaimana adanya, karena semua itu timbul dan
tenggelam, semuanya selalu berubah dan tidak ada yang abadi, tetaplah
selalu berjuang meskipun rintangan dan tantangan selalu dilih berganti.
Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta,
Sadhu…Sadhu…Sadhu…
0 komentar:
Posting Komentar