Ia terlahir dikeluarga terhormat, Sehat jasmani rohani, tidak terlahir dalam keadaan cacat, ia memiliki paras yang elok, ia memiliki materi berlimpah, ia merasakan ketenangan dan kebahagiaan. SemuaNya didapatkan melalui kemurahan hati dalam memberi (Catukka Nipata - Anguttara Nikaya)

Pages

DANA KEBAJIKAN DAPAT DISALURKAN MELALUI :

BCA CEMARA ASRI Rek. 8645011119 An. NGADI MULYO or DEWI CHRISTINE....[MEMBUTUHKAN BARANG MATRIAL:: BAJA WF, BESI COR, SEMEN, PASIR, BATU BATA, BATU KALI, KERAMIK, GENTING, BAJA RINGAN ATAP, CAT TEMBOK, PLAFON KUSEN, Dll]... INFORMASI:: Upa. Rudy Rachman (0819888683) Upi. Jenny Salim (061-77747288) Upi. Karista (085261013854) Upa. Edy Susanto (08126543129) atau Y.M Bhante Aggacitto (081269477978) di ITBC Cemara Asri

VIDEO

Pubharama Buddhist Centre. Diberdayakan oleh Blogger.

DOKUMENTASI PBC

Social Icons

Social Icons

Koleksi Video PBC

Koleksi Video PBC

Featured Posts

BUKU TAMU

Senin, 11 Mei 2015






























Kamis, 05 Juni 2014



Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammāsambuddhassa
“Bahusaccanca sippanca Vinayo ca susikkhito Subhasita caya vaca Etammangalamuttamam
“Ia yang memiliki pengetahuan dan ketrampialan, terlatih baik dalam tata susila, ramah tamah dalam ucapan, itulah berkah utama”
(Mangala Sutta-Syair IV)

Hidup akan semakin seimbang, lebih indah dan bermakna bila dalam proses perjalanannya sesuai dengan nilai-nilai kebenaran, bukan pada pembenaran. Bila pola hidup sehat sangat dianjurkan untuk kehidupan, maka demikian halnya pola hidup yang bereligius sangat lebih dianjurkan oleh para bijaksana. Tips sederhana yang dianjurkan oleh Buddha yang telah beliau temukan 26 abad yang silam saat dalam pengasingan, Buddha menemukan resep obat yang sangat luar biasa didunia. Agar hidup menjadi lebih seimbang seseorang harus mampu dengan baik mengarahkan dan mengendalikan Pola berpikirnya (Mano Succarita) mengawasi pikiran yang sukar dikendalikan adalah baik, pikiran yang telah dijinakkan akan membawa kebahagiaan; Dpd.Citta Vagga III-35, cara berucapnya (Vaci Succarita) bagaikan sekuntum bunga yang berwarna indah dan berbau harum, demikian halnya kata-kata yang bijaksana yang diucapkan seseorang yang melaksanakannya; Dpd. Puppha Vagga IV-52. dan cara bertindaknya (Kaya Succarita) seseorang yang telah menakhlukkan dirinya sendiri sesungguhnya ialah yang terbaik daripada menakhlukkan makhluk lain; ia yang telah menakhlukkan dirinya sendiri maka ia akan mudah untuk mengendalikan diri; Dpd. Sahassa Vagga VIII-104. Sebab tiga hal inilah yang akan mempengaruhi  hidup seseorang semakin lebih berwarna.
Kita merupakan salah satu bagian dari makhluk sosial, yang mana kita akan selalu tetap berinteraksi dan berkomunikasi dilingkungan kita berada, sehingga tiga hal diatas menentukan proses kelancaran dalam memposisikan diri ditengah-tengah lingkungan tersebut. Orang-orang yang ada disekeliling kita akan jauh semakin lebih menghormati, menghargai, bersimpati dan peduli terhadap diri kita, apabila sikap dan perbuatan yang kita lakukan sudah selaras dengan baik. Janganlah hanya karena ego diri yang berambisi untuk kepentingan dan kepuasan hati, lantas kita melukai dan menyakiti orang lain, mengorbankan kebahagian orang lain demi tercapainya kebahagian sendiri.   Tindakan yang demikian hanya akan memicu munculnya permasalahan didalam hidup semakin lebih berkepanjangan; hanya akan menambah dan memperbanyak musuh dimana-mana, hanya akan menambah benih kebencian dan dendam, hanya akan menjauhkan dan mengisolasi diri dari pergaulan, hanya akan menambah kekotoran batin pada diri sendiri, dan hanya akan menjauhkan diri dari ketenangan, kedamaian dan kebagagiaan.
Ingatlah bahwa yang menginginkan kebahagiaan bukan hanya diri kita saja, tetapi setiap makhluk yang terlahir didunia ini mempunyai keinginan yang sama, yaitu keinginan memperoleh kebahagiaan. Karena pada dasarnya hal itu sudah menjadi bagian dari kebutuhan dasar didunia yang penuh ketidak puasan. Buddha sendiri telah menjelaskan bahwa, keingin tersebut tidak akan pernah berakhir dan akan selalu tetap terjadi didunia, selagi ia belum mampu menembus perealisasian Nibbana; terbebas dari nafsu indria dan kegelapan batin. Menurut Buddha yang diuraikan di Dhamma Vibhaga Sutta; Manusia selalu mengharapkan kebahagiaan daripada penderitaan, manusia selalu mengharapkan pujian dari pada celaan dan manusia selalu mengharapkan keberuntungan, kesuksesan daripada kebuntungan dan kehancuran.
Untuk itu alangkah sangat bijaksananya diri kita, jika kita bersama-sama untuk saling menyelaraskan hidup untuk dapat lebih baik lagi. Karena hidup yang luhur akan dapat memberikan keindahan, kenyamanan, ketenangan, kedamaian dan kebahagiaan. Bahagia didunia sekarang maupun didunia selanjutnya, setiap perbuatan dan usaha yang didasari kesadaran baik akan menghantarkan kepada hasil yang baik pula. Jangan pernah berhenti dan ragu jika berbuat baik; baik didalam berpikir, berucap dan bertindak.  
Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta,
Sadhu…Sadhu…Sadhu…

Dikutip dari:
http://analisadaily.com/news/read/selaraskan-hidup/35468/2014/06/05

Kamis, 22 Mei 2014



"Bhikkhu Aggacitto"
Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammāsambuddhassa
“Utthanenappamadena sannamena damena ca dipam kayiratha medhavi yam ogho nabhikarati”
“Dengan usaha yang tekun, semangat, disiplin dan penuh pengendalian diri, hendaklah orang bijaksana membuat pulau bagi dirinya sendiri yang tak dapat ditenggelamkan oleh banjir”.
(Appamada Vagga II-25)

Memahami makna ajaran Buddha berarti juga memahami tentang adanya hukum sebab dan akibat, sehingga dengan demikian ini dapat menjadi kajian bahwa setiap orang pada akhirnya akan mengalami suatu kondisi perubahan hidup. Dalam Atthaloka Dhamma; A.N VIII-2 Buddha mengajarkan bahwa untung dan rugi, dihormati dan dihina, dipuji dan dicela, kebahagiaan dan penderitaan, adalah bagian dari kondisi yang nyata dari sisi dunia ini. Sebagian besar manusia hanya berusaha mengejar pengalaman yang positif dan berjuang sekuat tenaga untuk menghindari pengalaman yang tidak menyenangkan, tetapi bagi seseorang yang telah melatih ajaran Buddha maka ia akan berupaya untuk menerima keduanya, baik yang positif  maupun yang negatif. Disaat kondisi menyenangkan datang ia menerimanya dengan senyuman dan keiklasan tanpa rasa kekesalan dan kekecewaan, demikian juga sebaliknya ketika kondisi menyenangkan datang ia menerimanya dengan senyuman tanpa rasa kesombongan. Kita berusaha untuk tidak terikat dengan salah satu dari kondisi tersebut, dengan cara terus menerus menguji kekuatan dan ketahanan spiritual di tengah-tengah gemerlapnya dunia ini.
Langkah pertama yang dianjurkan oleh Buddha adalah bagaimana memunculkan kesadaran didalam diri. Menyadari apa yang sedang terjadi dan yang sudah terjadi berarti sebuah kebijaksanaan. Menyadari setiap fakta dan realita penderitaan adalah langkah untuk menemukan kedamaian. Buddha menekankan bahwa ketika menyadari penderitaan sebagai suatu hal yang alami dan universal, artinya kita sudah berupaya melepaskan sejumlah beban yang menyelimuti diri. Penderitaan terjadi bukan disebabkan oleh siapapun, melainkan penderitaan terjadi dikarenakan adanya kebodohan batin, dan dengan mengatasi kebodohan batin ini, maka penderitaan pun dapat diatasi. Kuncinya adalah kemauan dan sejauh mana kita mau mengenali bagaimana sesungguhnya batin kita masing-masing. Ketika hendak melakukan sesuatu seyogiyanya selalu didasari oleh kesadaran, bukan semata-mata hanya untuk pemuasan indria maupun keserakakahan. Mendasari segala tindakan yang dipenuhi oleh cinta kasih dan kebijaksanaan.
Memperhatikan segala bentuk pikiran yang muncul, yang diimbangi dengan moralitas akan sangat berpotensi dalam mempengaruhi proses terhadap tindakan semakin lebih terkendali.  Sehingga dengan demikian, akan membantu meminimalisir kekotoran batin semakin lebih meningkat.  Perbuatan yang dilandasi dengan kesadaran akan memungkinkan nilai-nilai spiritual semakin kokoh. Harapan dan keinginan untuk hidup penuh cinta kasih, bukan kekerasan atau kekejaman dan iri hati akan dapat terwujud. Tetap tenang dan teguh dalam menghadapi segala bentuk macam godaan, tidak akan mudah diombang-ambingkan oleh emosi yang membabibuta yang dapat memunculkan perasaan benci, dendam dan permusuhan.
Integritas hidup semuanya akan dapat dicapai  apabila segala sesuatunya dimulai dari diri sendiri, untuk mencapai semua itu tentu diperlukan sebuah tatanan aturan yang konsisten, kemauan untuk mencoba, kedisiplinan dan kebiasaan. “Kesempurnaan itu adalah sebuah seni yang terbentuk melalui pelatihan dan kebijaksanaan, Kita adalah rangkaian dari apa yang kita lakukan berulang-ulang. Oleh karena itu, kesempurnaan bukanlah sebuah tindakan tetapi sebuah kebiasaan (Aristoteles).
Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta,
Sadhu…Sadhu…Sadhu…

http://analisadaily.com/news/read/buddha-memimpin/31713/2014/05/22
Narasumber ; Bhikkhu Aggacitto

Kamis, 24 April 2014














Oleh : Bhikkhu Aggacitto
Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhassa

Manusia terlahir ke dunia ini (Lokiya), bukan berarti ia tidak memiliki suatu misi. Semua kehidupan yang telah dilalui, terlahir dialam yang bahagia maupun tidak dialam bahagia semuanya membawa misi. Misi tersebut  bukan semata bertujuan untuk mencapai sesuatu yang bersifat lahiriah (kesenangan duniawi), melainkan misi yang sangat terpenting adalah tercapainya keseimbangan hidup yang kemudian dapat menembus batiniah untuk mengikis keburukan-keburukan yang ada didalam diri, yaitu Loba; Keserakahan, Dosa; Kebencian, Moha; kebodohan, yaitu dengan menerapkan system sikap “Padhana (usaha): Samvarappadhana; berusaha tidak memunculkan keadaan yang buruk didalam diri, Pahanappadhana; berusaha untuk menghilangkan keadaan yang buruk yang sudah muncul dan ada didalam diri, Bhavanappadhana; berusaha untuk memunculkan keadaan yang baik/ luhur didalam diri, Anurakkhappadhana; berusaha menjaga dan meningkatkan keadaan yang baik didalam diri (Vbh. I, A.II.16), itulah sesungguhnya Misi terbesar semua makhluk didunia ini.   
Bagi mereka yang telah mengenal dan menyelami ajaran Buddha maka sudah pasti mereka akan mengerti hakekat sesungguhnya yang harus dijalankan, untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas batin yang kokoh; karena kekokohan batin seseorang mempengaruhi kehidupannya. Meskipun seseorang mampu mencapai keberhasilan dalam berkarir dan sukses dalam usaha, tetapi jika tidak dilandasi dengan batin yang seimbang, batin yang kokoh maka semua itu tidak menjamin kedamaian dan kebagian dapat ia rasakan; Artinya, keberhasilan dan kesuksesan hidup yang sesungguhnya adalah “kemampuan seseorang untuk mengoptimalkan batiniahnya dalam menyeimbangkan segala bentuk tindakan yang akan maupun yang dilakukannya”. Mung kin sebagian orang menganggap, keberhasilan dan kesuksesan adalah penentu kebahagiaan, sedangkan kegagalan dan kehancuran adalah faktor penderitaan. Tetapi, menurut kacamata Dhamma; “kebahagiaan yang ada didalam diri seseorang adalah sumber dari keberhasilan dan kesuksesan,” Empat Idipada yang Buddha babarkan, yaitu: Chanda; rasa sukacitta/ kebahagian akan senantiasa mempengaruhi terhadap rasa Viriya; semangat seseorang dalam bertindak dan berperilaku, sehingga dengan demikian akan memberikan kewaspadaan, perhatian terhadap semua yang telah dilakukan tanpa membiarkannya menjadi sia-sia, karena dengan adanya kondisi-kondisi tersebut secara otomatis akan mempengaruhi terhadapa Vivamsa; evaluasi dan perenungan atas semua yang telah dilakukan (Vbh.I; 216 & 413).
Meskipun kegagalan masih sering terjadi, mereka pasti akan tetap tegar dan kuat karena Yonisomanasikara; ia telah mengetahui akan hal-hal baik dan buruknya, ia menyadari kekurangan dan kelemahan yang dimilikinya. Orang-orang yang memiliki sikap demikian akan jauh lebih menemukan makna hidup lebih baik, karena sejak awal kesadaran dalam penyadaran telah terbentuk didalam dirinya, “Bagaikan batu karang yang tak tergoyahkan oleh hantaman badai yang bertubi-tubi, (Pandita Vagga; VI-81)”. Sehingga dengan demikian mereka akan jauh lebih mudah untuk bangkit. “Succses is the ability, to go from one failure, to another, with no loss of enthusiasm; kesuksesan adalah kemampuan untuk berpindah dari suatu kegagalan ke kegagalan lain tanpa kehilangan antusiasmu" (Winston Churchill).
Untuk itu janganlah pernah takut dan kuwatir, cobalah untuk mentrasformasikan diri secara optimal. Buatlah hidup ini menjadi semakin lebih menarik dengan melakukan sesuatu yang sederhana tetapi itu sangat memiliki arti bagi kehidupan, yang dapat meningkatkan kualitas batin. Segala sesuatunya perlu ada proses yang harus dilalui, karena segala proses tersebut akan mematangkan dan menguatkan, seperti halnya “sebuah besi akan semakin kuat hasilnya jika besi tersebut dibakar dan ditempa dengan baik”, bersabarlah dalam melewati proses tersebut. Yang terpenting adalah keyakinan/ komitmen hidup yang baik dengan berpikir, berucap dan bertindak baik maka niscaya semua misi baik secara lahiriyah dan batiniah akan diperoleh. Buddha senantiasa selalu mengajarkan lihatlah segala sesuatu sebagaimana adanya, karena semua itu timbul dan tenggelam, semuanya selalu berubah dan tidak ada yang abadi, tetaplah selalu berjuang meskipun rintangan dan tantangan selalu dilih berganti.
Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta,
Sadhu…Sadhu…Sadhu…

Analisa : Mimbar Agama Buddha Kamis, 17 April 2014
Oleh: Bhikkhu Aggacitto. 
Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhassa
Hendaknya seseorang seperti Batu Karang yang tak tergoyahkan oleh badai ombak yang menerjang, demikian juga sebaliknya, seseorang hendaknya tetap tegar dan tenang Didalam mengahadapi fenomena yang terjadi dalam kehidupan.
“Pandita Vagga; Bab VI syair 81”

"SEKALI LAYAR BERKEMBANG SURUT BAGI KITA UNTUK BERPANTANG"
Setiap manusia yang hidup perlu memiliki komitmen dalam menentukan sikap, karena hal itu adalah salah satu bagian modal penting dalam mencapai kehidupan yang seimbang. Setiap orang berhak menentukan pilihan hidup masing-masing, segala sesuatu didunia ini tidak ada yang mengatur atau menentukan semua baik buruknya yang berkaitan dalam kehidupan kita. Ketika pilihan telah diputuskan maka janganlah pernah sedikitpun menyesaliNya meskipun pilihan tersebut pada akhirNya belum tentu sesuai dengan harapan yang kita inginkan, melainkan syukurilah karena saat ini kita sudah berani mencoba untuk memutuskan pilihan terbaik dalam hidup. Jadilah seorang arsitek terbaik untuk membangun kehidupan saat ini, janganlah terjerat atas semua yang telah lewat, hiduplah saat ini dan janganlah pernah memikirkan sesuatu yang belum terjadi.
Jangan pernah kuwatir atau takut sebelum semuanya dicoba, kesalahan dan kegagalan didalam hidup bukanlah sesuatu yang perlu disesalkan, sebab itu sudah bagian dari hukum alam yang tidak akan terlepaskan dalam hidup. Pepatah lama menyebutkan, “Tak ada Gading yang tak akan retak, Air tak selamanya tenang, terkadang akan timbul suatu gelombang, karena hidup tidak ada yang sempurna, segala hal pasti akan mengalami perubahan”, yang terpenting adalah bagaimana kita menyadari dan menerima semua itu dengan pikiran yang positif, maka niscaya semuanya akan dapat dan mampu teratasi (Dp. Bab II, Ayat 21; Appamada Vagga). Buddha bersabda dalam Atthaloka Dhamma (A.N VIII; 2), yaitu; Lobha (Mendapatkan Keuntungan), Alobha (Mengalami Kerugian), Yaso (Mendapatkan kedudukan/ Kejayaan/ Kesuksesan), Ayaso (Tidak mendapatkan kedudukan/Keruntuhan/ Kegagalan), Ninda (Dicela, dihina, difitnah), Pasamsa (Dipuji, dihormati, disegani), Sukkha (Merasakan Kebahagiaan & Kesenangan), Dukkha (Merasakan Penderitaan & kesusahan). Orang bijaksana mengajarkan bahwa, guru yang terbaik adalah guru yang telah mengajarkan sesuatu tidak hanya dari sisi enaknya saja, melainkan ia juga telah menunjukan sisi rasa pahitnya.
Tetaplah selalu berkarya, jangan pernah pesimis, buatlah semua menjadi optimis, terseyumlah manis, janganlah pasif tetapi cobalah untuk selalu aktif. Ingatlah... didunia ini tidak ada yang mengkondisikan sesuatu terjadi pada diri kita, jika kita tidak menghendaki kondisi itu terjadi. Apabila kita telah memutuskan untuk melangkah kedepan maka janganlah sekalipun untuk berhenti, ketika kita berhenti maka akan menghambat perjalanan arah tujuan yang kita tuju. Jika didepan perjalanan ada sebuah batu kerikil yang menghadang maka laluilah dengan suka cita. Sudah saatnya kita MEREVOLUSI hidup menuju hidup yang lebih baik, kini tiba saatnya memulai pembaruan dan perubahan menuju hidup yang bahagia.
Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta,
Semoga Semua Makhluk turut berbahagia,
Sadhu…Sadhu…Sadhu…

Mimbar Agama Buddha Kamis, 20 Maret 2014