Oleh: Bhikkhu Aggacitto
Mimbar Agama Buddha Medan
Namo Tassa Bhagavato Arahato Sammasambuddhassa,
Dunia ini terselubung
kegelapan, dan hanya sedikit orang yang dapat melihat dengan jelas.
Bagaikan burung-burung kena jerat, hanya sedikit yang dapat
melepaskan diri; demikian pula hanya sedikit orang yang dapat pergi ke
alam surga.
(Loka Vagga XIII-174)
Buddha bersabda; Jivitam aniyatam maranam niayatam-Kehidupan tidaklah
pasti hanya kematianlah yang pasti. Dari sabda pendek tersebut dapat di
renungkan bersama bahwa kehidupan hendaknya jangan dianggap sebagai
tumpuhan yang abadi. Hendaknya seseorang tidak berpikir bahwa; tubuh ini
adalah milikku, harta ini adalah milikku, anak dan istri/ suami adalah
milikku. Ketika seseorang berpikir dan semakin melekat terhadap sesuatu
yang ada di sekelilingnya maka sama saja ia akan menjerat penderitaan
bagi dirinya sendiri.
Banyak sebagian orang mengalami ketakutan sebelum menjelang kematian
(Cuti Citta), mengapa itu terjadi…? Menurut ajaran Buddha kondisi itu
terjadi disebabkan karena adanya “Kamma Nimitta” yaitu munculnya
banyangan atau gambaran-gambaran perbuatan yang telah diperbuat semasa
hidupnya (apabila perbuatan kebajikan lebih dominan maka hal itu akan
membuat ketenangan dan kedamaian, berbeda jika perbuatan buruk yang
lebih dominan maka ketakutan sudah pasti akan jelas ia rasakan). Selain
Kamma Nimitta, masih ada lagi yaitu “Gati Nimitta” munculnya bayangan
atau gambaran tempat kelahiran selanjutnya, baik tempat yang baik
(Surga) atau yang buruk (Neraka). Tergantung yang lebih dominan
mendorong munculnya itu yang baik atau tidak, jika baik maka gambaran
kelahiran atau tempat kelahiran yang membahagiakan akan ia rasakan,
demikian juga sebaliknya. Kemudia selain “Kamma Nimitta” dan “Gati
Nimitta” masih ada lagi yaitu “Asanna Kamma” perbuatan yang dilakukan
seseorang menjelang kematian baik melalui pikiran, ucapan ataupun
perbuatan jasmani. Maka sangat dianjurkan kepada para keluarga jika
dalam anggota keluargaNya megalami hal yang demikian, hendaknya tidak
ada salahnya menuntunnya untuk melakukan hal-hal yang positif, seperti;
melafalkan kata “Buddho” atau bisa juga dituntun untuk membacakan
Paritta, atau juga bisa mengundang para Bhikkhu/Samanera untuk
membacakan Paritta Mangala, dengan tujuan agar dapat membantu dalam
mengkondisikan pikiran-pikiran yang positif muncul didalam dirinya,
karena Pencerapan (Sanna) akan sangat berpengaruh terhadap proses
kematian (Cuti Citta) dan Proses kelahiran kembali (Patisandhi Vinnana).
Didalam Dhammapada Atthakatha I-15; disebutkan, seorang brahmana yang
bernama “Cunda” ia adalah seorang penjagal babi lebih dari 50 tahun,
yang kejam dan ia pun tidak pernah sekalipun melakukan kebajikan semasa
hidupnya. Sesaat ia hendak mati, ia mengalami kesakitan yang sangat luar
biasa, siang malam ia mendengkur dan menguik seperti babi sampai
akhirnya ia mati, dan ia pun terlahir dialam Neraka Avici.
Berdasarkan uraian diatas hendaknya seseorang, memanfaatkan
kehidupannya saat ini dengan baik, karena terlahir menjadi manusia
sekarang ini merupakan sebuah keberuntungan “Kiccho manussa patilabho;
terlahir menjadi manusia bukanlah hal yang mudah dan “Kiccham maccana
jivitam kiccham” bertahan hidup pun juga bukanlah hal yang mudah.
Seseorang tidak akan pernah tahu kapan kematiannya datang dan kematian
tidak akan pernah bisa diajak kompromi sesuai dengan keinginan.
Persiapkanlah mulai dari sekarang, hanya kebaikan dan kebajikan yang
telah diperbuat yang dapat membantu mengkondisikan kebahagiaan. Rubahlah
cara hidup dengan hal-hal yang positif, karena jika tidak sekarang
kapan lagi. Jangan sampai terlambat dan jangan sampai menyesal
dikemudian hari. Di dunia ini ia bahagia, di dunia sana ia berbahagia;
pelaku kebnajikan berbahagia di kedua dunia itu. Ia akan berbahagia
ketika berpikir, " Aku telah berbuat bajik", dan ia akan lebih
berbahagia lagi ketika berada di alam bahagia (Dhammapada Yamaka Vagga
I-18). Berbuat baik untuk menimbun kebajikan tidak akan merugikan
seseorang, sebab seperti apapun banyaknya harta materi yang dimiliki itu
semua tidak akan bisa menjamin (Nidhikanda Sutta) kehidupan seseorang.
Ia terlahir dikeluarga terhormat, sehat jasmani/rohani, tidak
terlahir dalam keadaan cacat, ia memiliki paras yang elok dan menawan,
ia memiliki materi berlimpah, ia merasakan ketenangan dan kebahagiaan.
SemuaNya didapatkan melalui kemurahan hati dalam memberi (Catukka
Nipata-Anguttara Nikaya). "Bibit yang ditanam ditanah yang subur akan
tumbuh menjadi tanaman yang berkualitas, yang akan menghasilkan buah
yang berbobot. Tetapi jika Bibit tanaman ditanam ditanah yang tandus/
gersang maka hasil yang diperoleh pun akan sangat sedikit. Demikian juga
dengan perbuatan kebajikan yang kita tanam, akan membuahkan berkah dan
kebahagiaan baik kehidupan sekarang maupun nanti jika ditanam ditempat
yang sesuai (Dpd.Atthakatha; 356-359, Kisah Deva Ankura).
Sabbe Satta Bhavantu Sukkhitata
Semoga semua makhluk turut berbahagia,
Sadhu…Sadhu...Sadhu...
Diakses melalui; Mimbar Agama Buddha Harian Analisa Medan 20 Feb 2014
0 komentar:
Posting Komentar