Mimbar Agama Buddha
Oleh: Bhikkhu Aggacitto
Namo Tassa Bhagavato Arahatto Sammasambuddhassa
Apamado amatam padam, pamado maccuno padam
Appamatta na miyanti, ye pamatta yatha mata
“Kesadaran adalah jalan menuju kekekalan, kelengahan adalah jalan menuju kematian.
Orang yang sadar seolah-olah hidupnya tidak pernah mati, tetapi orang yang lengah seolah-olah hidupnya telah mati”
(Dpd. Appamada Vagga; II-21)
Kehidupan manusia akan semakin jauh lebih baik, akan semakin lebih mulia, akan semakin lebih tenang dan damai apabila manusia mencapai keseimbangan hidup yaitu keseimbangan Batin secara Spiritual, tanpa itu semua kehidupan manusia akan menggalami kerapuahan yang berefek kepada gangguan mental. Kesehatan Mental merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari kesehatan atau integral dan merupakan unsur utama dalam menunjang terwujudnya kualitas hidup manusia (Sumiati, dkk, 2009). Perkembangan manusia akan melewati suatu proses dialektik yang harus dilalui dan hasil dari proses dialektik ini adalah salah satu bagian dari kekuatan dasar manusia menuju “harapan, kemauan, hasrat, kompetensi, dan kebijaksanaan”, Perjuangan diantara dua kutub ini meliputi proses didalam diri individu/psikologis dan proses di luar diri individu/ sosial (Ericson).
Dari sinilah perlu kita renungkan bersama, mengapa Sang Buddha Gotama jauh sebelum 26 Abad yang lampau, jauh sebelum ilmu pengetahuan sains berkembang beliau memberikan nasehat yang perlu kita jadikan ispirasi bersama, yaitu “Apamado amatam padam, pamado maccuno padam, Appamatta na miyanti, ye pamatta yatha mata, yang artinya Kesadaran adalah jalan menuju kekekalan, kelengahan adalah jalan menuju kematian dan orang yang sadar seolah-olah hidupnya tidak pernah mati, tetapi orang yang lengah seolah-olah hidupnya telah mati”. Dalam proses menyeimbangkan kesadaran itu, memang kita tertuntut untuk melakukan tindakan-tindakan positif baik melalui:
- Pengembangan sifat-sifat Caga yaitu tentang praktik kemurahan hati (Dana) yang bertujuan untuk meningkatkan benih-benih welas asih, yang bermanfaat bagi diri kita dalam melemahkan rasa ego, kebencian dan keserakahan yang membabibuta.
- Pengembangan Pancasila Buddhis (Moralitas) yang bertujuan dan berfungsi sebagai alat control/pengendali terhadap perilaku yang akan kita lakukan, sehingga dengan tercapainya pengendalian diri yang baik akan memungkinkan kondisi batin jauh dari keburukan.
- Pengembangan Sati-Sampajanna (Samadhi) melalui bermeditasi maka banyak hal yang akan dapat diperoleh, baik sebagai perenungan (Vimamsa), relaksasi, dan yang terpenting berfanfaat sebagai media untuk melihat diri sendiri yang sesungguhnya, selain itu juga maanfaatnya akan dapat kita gunakan untuk melemahkan kekotoran batin kita masing-masing.
Seperti halnya disalah satu radio Australia memberitakan dimana seorang veteran perang Amerika Jason Lebrecht bergelut menghadapi kecemasan, kesepian dan depresinya berat, akhirnya ia mendapati jawaban bagi masalahnya ada dalam dirinya sendiri. Ia merupakan satu dari semakin banyak veteran bermasalah yang berpaling ke MEDITASI, khususnya apa yang disebut transcendental meditation (TM). Dalam hasil penelitian Dr Renae Ireland menyatakan, salah satu daya tarik besar dari meditasi adalah karena begitu berbeda dari treatment yang standard, yang dikenal dengan istilah prolonged exposure therapy.
Sabbe Satta Bhavantu Sukkhitata
Semoga semua makhluk turut berbahagia, Sadhu…
Sadhu… Sadhu… Sadhu…
Semoga semua makhluk turut berbahagia, Sadhu…
Sadhu… Sadhu… Sadhu…
Diakses melalui; Mimbar Agama Buddha Harian Analisa Medan 6 Januari 2014
0 komentar:
Posting Komentar